
MENINGKATKAN KUALITAS INTERNALISASI PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN, KEIMANAN DANĀ KETAQWAAAN SISWA MELALUI PROSES PEMBELAJARAN IPA (BIOLOGI) YANG TERINTEGRASI
<p><strong>MENINGKATKAN KUALITAS INTERNALISASI PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN, KEIMANAN DAN KETAQWAAAN SISWA MELALUI PROSES PEMBELAJARAN IP</strong><strong>A (BIOLOGI) YANG TERINTEGRASI</strong></p>
<p>Oleh : Lalu Muhammad Rispan Sugi Saputra, S.Pd</p>
<p>Guru Mapel IPA SMP Islam As-Sunnah Bagik Nyaka </p>
<p> </p>
<p><strong>Rasional</strong></p>
<p> “Sesungguhnya Allah Subkhanahu Wata’ala tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu mengubah keadaannya sendiri.” (QS Ar-Ra’du: 11) Makna Firman Allah yang mulia ini dengan jelas dan tegas telah menjelaskan dan sekaligus memberi motivasi kepada semua hamba –Nya agar senantiasa berusaha memperbaiki diri dan tidak bersifat malas, mudah menyerah dan putus asa karena semua sifat tersebut merupakan sifat-sifat yang tercela. Sebab Allah Subkhanahu Wata’ala sebagai Dzat Yang Maha Pemberi karuniatelah menetapkan tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu dengan segenap usaha dan kemampuannya serta dengan senantiasa meminta pertolongan dari Allah, berusaha mengubah keadaannya sendiri dan kemudian bertawakal. Dan proses untuk memperbaiki diri dan masyarakat sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang mulia di atas, senantiasa harus dilakukan secara berkesinambungan dan penuh dengan kesabaran.</p>
<p> Institusi pendidikan, sebagai salah satu wahana proses perubahan tingkah laku, pendewasaan kemampuan berfikir dan kejiwaan anak didik ke arah yang lebih baik sebagaimana yang diharapkan, pada dasarnya adalah merupakan salah satu manifestasi perintah Allah di atas guna menghasilkan sumberdaya manusia yang lebih berkualitas, baik dari segi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, kepekaan sosial maupun dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu sudah seharusnya perintah Allah di atas dijadikan sebagai pendorong dan sumber inspirasi ke arah penyelenggaraan proses pendidikan yang lebih baik yang secara utuh dijiwai oleh dan berdasarkan pada nilai-nilai spiritual sebagai basisnya agar arah dan orientasi pelaksanaan pendidikan tidak menyimpang dari tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional.</p>
<p> Ayat tentang perubahan tersebut juga seyogyanya dapat mengilhami para guru sebagai salah satu komponen terpenting pelaksana pendidikan di sekolah untuk senantiasa menumbuh kembangkan semangat dan optimisme serta berupaya meningkatkan kualitasnya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pendidik disamping juga selalu mengasah kepekaan sosialnya terhadap perkembangan anak didik, terutama yang berkaitan dengan perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomorik serta perubahan tingkah laku mereka. Sebab tantangan dan hambatan dunia pendidikan dewasa ini semakin besar dan kompleks seiring dengan perkembangan dan perubahan yang begitu cepat di berbagai bidang kehidupan, khususnya perkembangan yang sangat pesat dan kemudahan memperoleh atau mengakses informasi serta tuntutan dan perkembangan nilai-nilai hak asasi manusia, yang tidak semuanya bersifat konstruktif terhadap perkembangan anak didik dan bahkan secara serius telah menggerus nilai-nilai moral yang mengarah pada proses degradasi nilai-nilai keimanan dan ketakwaan anak didik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh DR. Shalih bin Fauzan:</p>
<p> “... Sedangkan media informasi, baik media cetak maupun elektronik berubah menjadi </p>
<p> sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang</p>
<p> bersifat materi dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang meluruskan moral</p>
<p> dan menanamkan aqidah ....” (DR. Shalih bin Fauzan: 2008: 13)</p>
<p> Kondisi kurang menguntungkan yang dihadapi dunia pendidikan ini semakin diperburuk oleh anggapan yang kurang proporsional dari sebagian guru sebagai pendidik tentang makna, hakekat dan fungsi pendidikan ditambah dengan beban pendidikan yang sangat berat berupa harapan masyarakat yang terlalu tinggi terhadap sekolah sebagai institusi pendidikan dan berbagai tujuan semu dan bombastis yang ditetapkan dan ingin dicapai secara instan oleh sekolah melalui kurikulum yang terus mengalami penyempurnaan tetapi sedikit sekali memberikan porsi terhadap pembelajaran agama, sebagaimana juga dijelaskan oleh DR. Shalih bin Fauzan “Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberi perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang dtidak peduli sama sekali.” (DR. Shalih bin Fauzan : ibid) </p>
<p> Penerapan nilai-nilai hak asasi manusia yang tidak proporsional serta cenderung berlebihan, juga telah menambah dan mengakibatkan terjadinya pergeseran proses pendidikan berubah hanya sekedar menjadi proses transformasi ilmu yang dangkal dan kering serta jauh dari proses introdusir nilai, khususnya nilai-nilai agama untuk membantu menumbuh kembangkan keimanan dan ketakwaan anak didik secara optimal karena ada kekhawatiran dari para guru sebagai pendidik terhadap pelanggaran nilai-nilai hak asasi manusia, sehingga kemampuan anak didik dalam menyerap materi pembelajaran sangat rendah bahkan seakan-akan tidak memberikan makna sama sekali, mudah lupa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari yang merupakan tanda rendahnya kualitas internalisasi penguasaan materi pembelajaran serta semakin buruknya akhlakul karimah sebagian besar anak didik, baik yang ditunjukkan dalam adab belajar maupun ketika bermuamalah (bergaul dan bermasyarakat) di luar kelas dan di dalam masyarakat.</p>
<p> Fenomena tidak produktif dan tidak konstruktif di atas seharusnya disikapi secara serius oleh para guru sebagai pendidik dengan melaksanakan tupoksinya secara wajar, bersungguh-sungguh, penuh kehati-hatian dan membuang katakutan yang tidak beralasan tentang kemungkinan pelanggaran nilai-nilai hak asasi manusia dalam mengelola proses pembelajaran dan introdusir nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada anak didik yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Sebab sebagai seorang guru, siapapun dia, tetap harus melaksanakan proses pengelolaan transformasi ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan disamping melakukan proses introdusir nilai untuk membangun kualitas keimanan dan ketakwaan anak didiknya. Oleh sebab itu proses pembelajaran dengan menintegrasikan iptek dan nilai imtaq dalam arti yang sesungguhnya mutlak diperlukan jika kita berharap akan melahirkan generasi muda yang benar-benar berkualitas di masa mendatang.</p>
<p> Urgensi pengintegrasian nilai-nilai imtaq dalam arti yang sebenarnya dalam proses pembelajaran yang berkualitas dengan bertumpu pada keseimbangan pengembangan potensi kognitif, afektif dan psikomotorik dengan memadukan keseimbangan materi iptek dan imtak di dalamnya adalah merupakan salah satu langkah penting dalam pelaksanaan proses pendidikan yang diharapkan akan dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang memiliki keunggulan dari sisi perkembangan IQ (Intelligence Quantient) EQ (Emotional Quontient), dan SQ (Spiritual Quontient). Hal ini menjadi semakin penting artinya seiiring dengan meningkatnya berbagai tingkah laku menyimpang dan perbuatan kriminal di kalangan anak didik dewasa ini.</p>
<p> Upaya membantu menumbuh kembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik secara optimal dan usaha membantu membangun kepercayaan diri yang kuat sehingga anak didik diharapkan mampu menatap masa depannya dengan penuh optimistis, penuh kesabaran dan kebijaksanaan melalui pelaksanaan pendidikan yang ideal hanya dapat direalisasikan dengan kesadaran bersama dari seluruh stakeholder pendidikan di sekolah untuk berubah ke arah yang lebih baik, kerja keras penuh dedikasi, sabar, optimis dan istiqomah serta selalu berprasangka baik dan berharap kebaikan kepada seluruh anak didik dari. Sehingga makna pendidikan akan secara bertahap dapat dikembalikan kepada arti yang sesungguhnya dan bukan hanya dimaknai dan dipraktekkan sebagai transformasi ilmu yang kering dan dangkal tanpa proses penanaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan bagi anak didik.</p>
<p> Upaya mengembalikan fungsi pendidikan kepada fitrahnya melalui proses transformasi ilmu yang berkualitas dan proses introdusir nilai-nilai spiritual yang terintegrasi yang merupalkan “ruh” pendidikan ditambah keteladanan yang baik dari para guru sebagai pendidik untuk membantu menumbuh kembangkan segenap potensi yang dimiliki anak didik sehingga pada akhirnya mampu menguasai dan memaknai materi pembelajaran dengan kualitas internalisasi yang baik, memiliki akhlakul karimah sebagai manifestasi dari kualitas keimanan dan ketaqwaaannya hanya dapat dilakukan melalui proses pembelajaran yang mengintegrasikan materi iptek dan nilai-nilai imtaq secara berkesinambungan serta berkualitas yang merupakan inti dan ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.</p>
<p> Pelaksanaan proses pendidikan yang komprehensif dan integratif dengan mengintegrasikan nilai-nilai imtaq secara utuh dalam proses pembelajaran seyogyanga dilakukan oleh semua guru. Bukan hanya menjadi beban tanggung jawab guru mata pelajaran pendidikan agama dan PKn saja sebagaimana anggapan yang kurang benar yang berkembang selama ini. Tugas mulia ini harus dijadikan landasan utama para pendidik dalam melaksanakan setiap tugas, baik dalam mengelola proses pembelajaran di dalam kelas maupun dalam proses sosialisasi di luar kelas bahkan juga di luar sekolah. Sebab sudah saatnya bagi para pendidik untuk mengubah paradigma berpikirnya dan secara bersama-sama berusaha mengembalikan pendidikan kepada jati dirinya setelah selama beberapa dekade pendidikan tenggelam dalam sistem dan pelaksanaan yang timpang serta cenderung sekuler yang lebih banyak menghasilkan out put dengan kualitas jauh dari harapan , baik dari sisi kualitas penguasaan keilmuan dan dari sisi pembangunan dasar-dasar nilai imtaq sebagaimana yang diharapkan oleh guru, orangtua dan masyarakat.</p>
<p> Harapan untuk melihat hasil pendidikan yang lebih baik dan lebih berkualitas dalam semua aspek potensi anak didik harus dijawab oleh para guru sebagai pendidik dengan bekerja lebih keras, berusaha secara terus menerus mengasah segenap kemampuannya serta secara sadar mau dan mampu melakukan evaluasi terhadap hasil kinerjanya sehingga akan dapat terlepas dari rutinitas yang beku dan tidak produktif. Hal ini dapat dilakukan dengan senantiasa berusaha terus belajar menyempurnakan pelaksanaan proses pembelajaran yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya yang utama disamping secara terbuka mau menerima masukan dari pihak lain serta secara rendah hati dan istiqomah memberikan keteladanan dalam bersikap dan bertutur kata. “ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak ke jalan Allah dan beramal shalih serta berkata: Sesungguhnya aku termasuk golongan orang yang beriman.” (QS Fushilat: 33)</p>
<p> Proses pembelajaran yang berkualitas dengan memperhatikan keseimbangan dan perkembangan domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh nilai-nilai imtaq serta kesadaran untuk menerima dan menempatkan anak didik sebagai subyek pendidikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, pemilihan pendekatan dan metode yang dapat membangkitkan motivasi bahkan emosi anak didik perlu memperoleh perhatian yang memadai serta harus terus dikembangkan agar pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif yang pada akhirnya akan memberikan hasil optimal yang ditandai dengan semakin berkembangnya kemampuan anak didik dalam menguasai meteri pembelajaran yang telah dikajinya dalam proses pembelajaran dengan kualitas internalisasi penguasaan yang sangat baik serta semakin baiknya pula akhlakul karimah mereka yang merupakan perwujudan kualitas keimanan dan kataqwaannya.</p>
<p> Proses pembelajaran diharapkan akan menjadi berkembang semakin baik dan komunikatif serta benar-benar secara signiifikan dapat membantu memberikan nilai tambah bagi anak didik dalam penguasaan iptek, pemahaman dan pengamalan nilai-nilai imtaq jika dalam penyajiannya dilakukan dengan bahasa yang sederhana, dalam situasi yang hangat dan menyenangkan, saling menghargai serta ditunjang pemilihan secara selektif nilai-nilai imtaq yang akan diintrodusir melalui proses pembelajaran dilengkapi dengan contoh-contoh riil yang menyentuh kehidupan nyata anak didik dimasyarakat.</p>
<p> Dalam upaya membantu memberikan sedikit sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat membantu terpenuhinya harapan pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih baik, komprehensif dan integratif dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas internalisasi penguasaan materi pembelajaran yang telah dipelajari anak didik dan sekaligus juga mampu meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan anak didik , maka penulis ingin berbagi pengalaman dengan mengangkat topik upaya meningkatkan kualitas internalisasi penguasaan materi pembelajaran, keimanan dan ketaqwaan siswa melalui proses pembelajaran (IPA ) IPA yang terintegrasi, sebagai kajian dalam tulisan ini.</p>
<p> </p>
<p><strong>Tujuan Penulisan</strong></p>
<p> Dalam penulisan ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui :</p>
<ol>
<li>Arti pentingnya materi pembelajaran IPA (Biologi)dalam kaitannya dengan nilai-nilai imtaq.</li>
<li>Proses selektif pemilihan nilai-nilai imtaq sertta pengintegrasiannya dengan materi pembelajaran IPA (IPA ).</li>
<li>Pelaksanaan proses pembelajaran IPA (IPA ) yang terintegrasi.</li>
<li>Peranan proses pembelajaran IPA (Biologi)yang terintegrasi dalam membantu meningkatkan kualitas internalisasi penguasaan materi pemebelajaran, keimanan dan ketaqwaan anak didik.</li>
<li>Kendala dan alternatif pemecahannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA (Biologi)yang terintegrasi.</li>
</ol>
<p> </p>
<p><strong>Pembahasan</strong></p>
<ol>
<li>Arti Pentingnya Materi Pembelajaran IPA (Biologi) Dalam Kaitannya Dengan Nilai-Nilai Imtaq</li>
</ol>
<p> Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau yang juga dikenal dengan Kurikulum tahun 2006, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPA ) masih bersifat separated. Artinya mata pelajaran IPA yang terdiri dari mata pelajaran IPA , Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi masing-masing diajarkan secara terpisah dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang terpisah-pisah pula. Hal ini berbeda dengan Kurikulum 2013 dimana mata pelajaran IPA sudah bersifat integrated dan diajarkan dalam bentuk tematik.</p>
<p> Mata pelajaran IPA sebagai bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPA ) dalam kurikulum 2006, adalah merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat kaya dengan nilai-nilai yang dapat membantu guru dalam membantu menumbuh kembangkan keimanan dan kataqwaan, baik bagi siswa sebagai subyek didik maupun bagi guru sebagai pendidik yang bertugas sebagai pengelola dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari cakupan materi pembelajaran yang terdapat dalam mata IPA mulai dari kelas tujuh (7) hingga kelas sembilan (9).</p>
<p> Secara umum materi pelajaran IPA mulai kelas tujuh sampai dengan kelas sembilan berisi dan membahas tentang ayat-ayat kauniyah Allah (ayat-ayat yang tercipta) yang terhampar di jagad raya dan yang terdapat dalam perut bumi yang juga merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya, lengkap dengan fungsi dan tujuan penciptaannya bagi kepentingan umat manusia. Hal ini sebagaimana Firman Allah Subkhanahu Wata’ala “...dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”(QS Al-Furqon: 2), dan di ayat yang lain “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS Az-Zumar: 62) serta dalam Surat Al-A’raf Allah berfirman:</p>
<p> Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam Enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam ke dalam siang (kepada siang) yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakannya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah (QS Al – ‘Araf: 54)</p>
<p>Dengan demikian jika seorang guru mampu mengeksploitasi materi pembelajaran IPA dalam setiap kompetensi dasar (KD), maka guru trersebut bukan saja sedang mengajarkan masteri pembelajaran IPA sebagaimana tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru, tetapi juga sebenarnya secara bersamaan sedang memaparkan dan menjelaskan ayat-ayat, kekuasaan dan kesempurnaan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang Maha Kuasa, Maha Pencipta dan Maha Pemelihara.</p>
<p> Mata pelajaran IPA dengan spesifikasi materi bahan pembelajarannya adalah merupakan sumber dan bahan inspirasi bagi nsetiap guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran secara terintegratif dengan memasukkan proses introdusirnilai-nilasi imtaq dalam proses pembelajarannya.</p>
<p> Nilai-nilai yang dapat diambil dari setiap kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan dan dijabarkan dalam materi pokok pembelajaran jika disajikan dan disampaikan secara benar dengan melibatkan partisipasi siswa yang tinggi maka memberikan tambahan ilmu dan nilai-nilai spiritual yang diharapkan dapat memperkuat dan meluruskan keyakinan siswa sebagai peserta didik dalam kaitannya dengan keyakinan tentang rububuyah, uluhiyah dan nama-nbama serta sifat-sifat Allah. Dengan demikian,IPA sebagai bagian dari mata pelajaran IPA akan menjadi khasanah dan media yang sangat efektif dalam proses introdusir nilai-nilai imtaq karena sifatnya yang khas dan penuh dengan ayat-ayat Allah yang dapat digali dan dieksploitasi , disajikan serta dikaitkan dengan nilai-nilai imtaq yang akan mudah difahami dan diobservasi secara nyata oleh siswa sebagai peserta didik karena semua lengkap tersaji di lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka.</p>
<p> </p>
<p>Proses Selektif Pemilihan Nilai-nilai Imtaq Serta Pengintegrasiannya Dengan Materi Pembelajaran IPA (IPA )</p>
<p>Proses pembelajaran IPA yang integratif adalah merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran IPA dimana metreri pembelajaran yang akan dikaji bersama siswa diintegrasikan dengan nilai-nilai imtaq yang dipilih dan dipersiapkan secara matang, sungguh-sungguh dan selektif dengan menggunakan metode-metode tertentu dan dengan memperhatikan nilai-nilai yang diharapkan akan dapat dipelajari, difahami dan kemudian diamalkan oleh siswa.</p>
<p>Dalam proses pembelajaran IPA yang integratif, proses introdusir nilai tidak hanya sekedar ditumpangkan , dikaitkan disana sini atau hanya bersifat parsial, tetapi proses introdusir nilai-nilai imtaq sudah dipersiapkan sedemikian rupa untuk materi-materi pembelajaran tertentu. Dan nilai-nilai yang diintrodusir dapat diukur secara relatif berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai tidak saja memuat tujuan pembelajaran dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang dibahas bersama guru dan siswa, tetapi juga memuat tujuan yang diharapkan dari proses introdusir nilai-nilai imtaq.</p>
<p>Agar pelaksanaan proses pembelajaran IPA yang integratif benar-benar dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, maka rencana pembelajaran harus disusun secara baik dan terencana dalam setiap langkah pembelajarannya namun dengan tetap memiliki fleksibilitas, mampu menghadirkan suasana dan kondisi pembelajaran yang dapat merangsang, memotivasi dan menyentuh nurani peserta didik, sehingga pada akhirnya dapat membantu mengembangkan poptensi kognitif, afektif dan psikomotorik seluruh siswa secara optimal. Untuk itu diperlukan perencanaan yang sinergis antara materi pembelajaran yang akan disasjikan dengan nilai-nilai imtaq yang akan diintrodusir dalam proses pembelajaran.</p>
<p>Pemilihan nilai-nilai imtaq dan jumlahnya tetap harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:</p>
<ol>
<li>Beban materi pembelajaran dan tujuan yang telah ditetapkan.</li>
<li>Alokasi waktu yang tersedia.</li>
<li>Tujuan yang ingin dicapai dalam proses introdusie nilai-nilai imtaq.</li>
<li>Urgensi dan tahap perkembangan berpikir anak didik.</li>
</ol>
<p> Nilai-nilai imtaq yang dipilih harus sejalan dengan materi pembelajaran yang akan dibahas bersama siswa dan diharapkan sejauh mungkin nilai-nilai yang akan diintrodusir langsung menyentuh dan berkaitan dengan kehidupan siswa serta perkembangan yang ada dimasyarakat. Dengan demikian hasil proses pembelajaran dapat diterapkan dan digunakan sebagai acuan bagi siswa dalam usaha mengenali diri dan potensi yang dimilikinya sekaligus anak didik juga memiliki kemampuan bermuamalah berdasarkan akhlakul karimah, baik ketika berada di sekolah maupun di masyarakat.</p>
<p> Penyiapan contoh-contoh yang konkrit untuk menambah pengayaan materi nilai imtaq akan sangat bermanfaat untuk lebih mudah proses introdusir nilai-nilai imtaq sehingga lebih mudah dimengerti dan diterima yang pada akhirnya diharapkan akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan aanak didik. Sebab anak didik, khususnya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama masing memerlukan banyak contoh konkrit untuk membantu memahami suatu permasalahan yang disampaikan kepada mereka. Disamping itu pemberian contoh yang nyata yang bisa diindera dalam kehidupan sehari-hari juga akan lebih membuatmateri pembelajaran dan nilai yang diajarkan lebih lama melekat dalam ingatan anak didik.</p>
<p> Yang perlu juga mendapatkan perhatian, bahwa pemberian contoh harus tetap didisain dengan kerangka penggunaan bahasa yang santun, halus dan sama sekali tidak boleh melukai dan juga tidak menunjuk pihak tertentu sebagai obyek dalam proses introdusir nilai-nilai imtaq. Sebab hal ini sangat sensitif dan bahkan dapat bersifat kontraproduktif dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran dan perubahan tingkah laku anak didik sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu sikap selektif juga mencakup selektifitas pelilihan dan penggunaan contoh untuk menunjang materi pembelajaran dan proses introdusir nilai-nilai imtaq.</p>
<p> Sebagai contoh materi pembelajaran IPA yang mencakup tentang bumi dan keragaman bentuknya, kondisi alam, atmosfer dan hidrosfer serta kondisi alam secara umum dalam kaitannya dengan kehidupan manusia dan makhluk hidup secara umum. Dalam materi ini seorang guru sebagai pendidik dapat menintegrasikannya dengan Nama dan Sifat Allah yang Mahakuasa, Maha Pencipta, Maha Pemelihara, Yang menghidupkan dan mematikan, yang Mahapengasih dan Penyayang atau nama serta sifat-sifat Allah yang lain dengan membawakan beberapa dalil dari Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih. Hal ini akan dapat membangun dan memperkuat kayakinan anak didik terhadap Rububiyah Allah yang pada akhirnya dapat membangun kesadaran dari dalam diri mereka untuk mengesakan Allah dalam Uluhiyah-Nya. Proses ini sangat penting dalam membangun dan memperkuat keimanan dan ketaqwaan anak didik, terlebih jika guru mampu menintegrasikan materi pembelajaran secara selaras dengan menekankan pendekatan kontekstual secara intens dalam proses pembelajarannya, sehingga upaya meningkatkan kualitas internalisasi materi pembelajaran pun akan tercapai sekaligus.</p>
<p> Sedangkan pada materi pembelajaran IPA yang membahas tentang kondisi alam dan realitanya serta berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kependudukan, alam dan kerusakan yang terjadi, baik yang diakibatkan oleh faktor alamiah serta perbuatanmanusia, dapat digunakan untuk mendidik siswa, khususnya dalam mensyukuri berbagai nikmat Allah melalui peran sertanya secara aktif dalam bermuamalah (berinteraksi) dengan sesama manusia, alam dan makhluk Allah yang lain secara baik dan bijaksana berdasarkan nilai-nilai religius serta berusaha menjauhkan diri dari berbagai sikap, tindakan yang dapat merusak alam dan lingkungan serta sikap, ucapam dan tindakan muamalah yang tidak baik.</p>
<p> Nillai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam bentuk pandai mensyukuri nikmat Allah , kemampuan bermuamalah dengan baik dengan sesama maupun dengan makhluk Allah yang lain yang berupa alam, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta kebudayaan yang hidup di lingkungan sekitar akan dapat memperlembut akhlakul karimah siswa sehingga akan timbul sikap menghargai, mencintai dan kesadaran untuk memelihara dan menjaga karunia Allah berupa alam dengan segala isinya yang sangat berharga dan tidak ternilai harganya bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk Allah yang lain. Sikap mulia ini adalah merupakan bentuk perwujudan nyata dari kualitas keimanan dan ketaqwaa seseorang, khususnya para siswa sebagai peserta didik.</p>
<p> Materi pembelajaran IPA juga membahas tentang cakupan alam dan proses pembentukannya, berbagai kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta arti pentingnya semua karunia Allah tersebut bagi kehidupan manusia.</p>
<p> Materi pembelajaran tersebut mengandung berbagai sifat Mulia, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Kuat serta Maha Kuasa Allah, yang dengan kekuasaa-Nya semata telah menyediakan berbagai karunia-Nya yang tak terhitung bagi manusia. Hal ini dapat dikembangkan dalam materi pembelajaran yang terintegrasi untuk menumbuhkan keyakinan yang kuat terhadap keberadaan Dzat Allah sebagai Pencipta, Pemilik dan Pemelihara alam semesta untuk kemudian bagaimana harus mensyukuri seluruh nikmat yang telah diberikan Allah tersebut. Keyakinan terhadap keberadaab\ Dzat Allah dan sikap rendah diri dalam mensyukuri nikamat Allah adalah merupakan bagian penting dalam membangun keimanan dan ketaqwaan siswa sebagai subyek didik. Terlebih pada tingkat pendidikan dasar, maka upoaya membangun keimanan dan ketaqwaan yang lurus dan benar bagi siswa sebagai subyek didik adalah merupakan sebuah keharusan jika kita semua menginginkan setiap sekolah akan menghasilkan lulusan yang berkualitas, beriman, bertaqwa dan beralkhlakulkarimah.</p>
<p> </p>
<p>Pelaksanaan Proses Pembelajaran IPA (Biologi)yang Terintegrasi</p>
<p> Pelaksanaan proses pembelajarana pada dasarnya adalah merupakan tahapan aplikatif dari perencanaan pembelajaran yang telah disusun. Namun demikian ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, efisien dan memiliki nilai tambah bagi anak didik serta agar tetap terjaganya keseimbangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang integratif agar tidak didominasi oleh salah satu unsur saja dengan mengabaikan unsur yang lain.</p>
<p> Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :</p>
<ol>
<li>Dalam penyajian materi pelajaran yang diintegrasikan dengan proses introdusir nilai-nilai imtaq guru diharapkan tidak larut dan tidak bersikap berlebihan dalam penyajianny Sebab, seringkali karena terlalu mendalam membahas nilaqi-nilai imtaq mengakibatkan tidak terselesaikannya pembahasan materi pelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. Atau sebaliknya, karena kurang memahami secara utuh dan benar nilai-nilai imtaq yang akan diintrodusir mengakibatkan kesalahan atau terjadinya misinterpretasi terhadap nilai-nilai imtaq yang ditanamkan dalam prosaes pembelajaran dari yang seharusnya. Hal seperti ini sejauh mungkin tidak terjadi. Untuk itu perhitungan alokasi waktu dalam proses pembelajaran sangat perlu diperhitungkan dengan cermat, sehingga tujuan untuk membantu meningkatkan kualitas internalisasi materi pembelajaran dan membangun keimanan dan ketaqawaan anak didik dapat dicapai sedcara bersamaan seperti yang diharapkan.</li>
<li>Dalam proses pembelajaran harus diupayakan semaksimal mungkin diciptakan suasana dan kondisi pembalajaran yang akrab, saling menghargai, komunikatif dan melibatkan tingkat partisipasi anak didik secara optimal dalam proses pembelajaran dengan berusaha mengeksploitasi potensi dan kemampuan anak didik sehingga dapat secara aktif bersama-sama membahas materi pembelajaran dan nilai-nilai imtaq yang disajikan dalam proses pembelajaran yang dilengkapi dengan berbagai contoh aktual dan kontekstual , baik yang ada di lingkungan sekitar maupun yang dapat diperoleh dari berbagai sumber lain yang relevan dengan topik materi pembelajaran yang sedang dikaji bersama anak didik. Dominasi guru dalam proses pembelajaran harus sejauh mungkin dihindarkan (kecuali untuk hal-hal yang sangat penting), sebab dominasi guru dalam proses pembelajaran akan melahirkan sikap bosan dan jenuh serta kurangnya perhatian dari anak didik yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif serta efisien termasuk didalamnya proses penanaman nilai-nilai imtaq. Akibatnya tujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan anak didik dalam memahami materi pembelajaran dan mendapatkan nilai-nilai imtaq tidak akan tercapai.</li>
<li>Pengaturan sikuen yang integratif dengan nilai-nilai imtaq serta penggunaaan bahasa yang halus, sederhana dan komunikatif ditunjang pemberian contoh-contoh konkrit yang dikemas menarik perlu memperoleh perhatian yang memadai. Hal ini akan sangat membantu kelancaran dan kemudahan baik bagi guru dalam mengelola proses pembelajaran maupun bagi anak didik dalam menerima dan memahami materi pembeajaran serta nilai-nilai imtaq yang diajarakan. Pengaturan dan penentuan sikuen materi ini sepenuhnya tergantung dari guru dengan tetap mengacu dan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator dan tujuan-tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai.</li>
</ol>
<p> Penentuan sikuen juga harus memperhatikan perkembangan dan kemampuan berfikir anak didik, sehingga materi pembelajaran yang akan disajikan dan nilai nilai-nilai imtaq yang akan diintrodusir dalam proses pembelajaran sesuai dengan tahapan berfikir mereka. Untuk itu cakupan, luas dan kedalaman materi pembelajaran benar-benar harus dikaji secara sungguh-sungguh dengan tetap memperhatikan materi pembelajaran minimal yang wajib dipenuhi sesuai dengan tuntutan kurikulum.</p>
<ol>
<li> Guru hendaknya bersikap terbuka, artinya guru secara sadar mau dan mampu menerima masukan dari anak didik selama proses pembelajaran berlangsung. Sikap keterbukaan ini sama sekali tidak akan menurunkan martabat atau harga diri guru dihadapan siswa, bahkan sebaliknya akan menumbuhkan penghargaan dan sikap persahabatan yang saling menghargai yang pada akhirnya sangat bermanfaat dalam kelancaran proses belajar mengajar.Sejauh mungkin harus dihindarkan sikap guru yang merasa dirinya paling tahu dan paling hebat. Guru harus tetap bersikap tawadu’, termasuk terhadap anak didiknya serta tetap menyadai bahwa seorang manusi tetap memiliki berbagai kekurangan yang mungkin saja ada satu atau beberapa hal yang belum diketahui sementara anak didik sudah mengetahuinya. Sebab diera globalisasi informasi sekarang ini tidak mustahil anak didik memiliki informasi yang lebih dibanding gurunya.</li>
<li>Melaksanakan monitoring dan evaluasi. Hal ini sangat penting utnuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran telah membawa dampak positif dalam sisi penguasaan dan internalisasi keilmuan dan pemahaman serta aplikasi nilai-nilai imtaq yang telah dikaji bersama dan diitrodusir dalam proses pembelajarn yang telah dilakukan . Disamping itu,tentu saja monitoring dan evaluasi merupakan feedback yang sangat berguna dalam perbaikan penyusunan rencana pembelajaran dan pelaksanaannya di waktu berikutnya.</li>
<li>Bersifat sabar dan istiqomah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik terutama dalam melakukan proses introdusir nilai. Hal ini disebabkan keberhasilan tersebut ada yang dapat langsung dilihat, yaitu melalui terjadinya perubahan tingkah laku siswa ke arah yang dikehendaki ajaran agama, tetapi ada juga yang mungkin dapat dilihat hasilnya setelah waktu yang lama atau bahkan sama sekali tidak terjadi perubahan kearah kebaikan atau bahkan sebaliknya. Hal ini sekali lagi diharapkan tidak menyurutkan langkah guru untuk tetap berbuat yang terbaik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sebab hak memberikan petunjuk sepenuhnya adalah ditangan Allah Subkhanau Wata’ala. Tugas dan kewajiban guru hanyalah berusaha dengan keras dan sebaik mungkin serta sabar dan istiqomah dalam menyampaikan.</li>
</ol>
<p> </p>
<p>Peranan Proses Pembelajaran IPA (Biologi)Yang Integratif Dalam Membantu Meningkatkan Kualitas Internalisasi Penguasaan Materi Pembelajaran, Keimanan dan Ketaqwaan Anak Didik</p>
<p> Proses pembelajaran IPA yang intergratif sebagai suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menintegrasikan secara utuh meteri pembelajaran dengan nilai-nilai imtaq dalam proses pembelajaran yang telah didisain sedemikian rupa dengan memperhatikan alokasi waktu, contoh-contoh aktual dan kontekstual, media pembelajaran yang dibutuhkan serta sikuen materi pembelajaran dan nilai-nilai imtaq yang akan diintrodusir dalm proses pembelajaranm memiliki beberapa keunggulan dalam membantu meningkatkan kualitas internalisasi penguasaan materi pembelajaran serta dalam menumbuhkembangkan kualitas keimanan dan ketaqwaan anak didik, antara lain berupa :</p>
<ol>
<li>Penciptaan dan pengkondisian sussana pembelajaran yang lebih terkonsentrasi melalui suasana proses introdusir nilai-nilai imtaq. Proses introdusir nilai-nilai imtaq yang baik dan benar tidak saja dapat membangkitkan minat dan perhatian yang besar pada anak didik, tetapi bahkan melibatkan juga emosi dan nurani merek Kondisi ini sangat membantu proses pemahaman materi pembelajaran dan nilai-nilai imtaq yang lebih tertanam dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang integratif.</li>
<li>Terjadinya proses simplifikasi dan kemudahan mengidentifikasi materi pelajaran yang disajikan dan didiskusikan atau dikaji bersama anak didik. Sebab materi pelajaran yang dibahas bersama didukung oleh nilai-nilai spiritual yang dijadikan dasar pengembangan materi pelajaran, dimana nilai-nilai yang diintrodusir tersebut secara umum akrab dan secara fitrah diketahui oleh anak didik ditambah dengan materi pembelajaran yang sikuennya telah didasain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta perkembangan berfikir anak didik. Hal ini dapat membantu proses internalisasi materi pemlajaran dalam pikiran anak didik secara lebih baik dengan tingkat kekekalan yang lebih lama serta sekaligus dapat membantu pemahaman dan pengamalan nilai-nilai imtaq, sehingga diharapkan secara bertahap, proses pembelajaran akan dapat menghasilkan kualitas penguasaantmateri pembelajaran yang sangat baik serta tindakan dan tutur kata yang didasarkan pada akhlakul karimah sebagai manifestasi dari nilai-nilai imtaq yang telah dipelajari dan difahami anak didik.</li>
<li>Keterbukaan dalam proses pembelajaran yang terintegrasi dan situasi yang akrab, komunikatif serta kondusif dapat memberikan keleluasaan bagi anak didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serkalihus dapat pula melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri, baik yang berkaitan dengan kekampuan dalam menguasai materi pembelajaran maupun dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai imtaq yang telah dipelajarinya. Hal ini akan semakin memberikan nilai tambah jika guru dapat menempatkan dirinya sebagai sahabat dan rekan diskusi bagi anak didiknya. Dengan demikian potensi anak didik secara bertahap dddapat berkembang secara alamiah dan optimal ke arah yang lebih baik sebagaimana diharapkan.</li>
<li>Terbentuknya suasana saling mengingatkan dalam pelaksanaan proses monitoring dan evaluasi akan dapat membantu semakin menumbuhkan kesadaran pada diri anak didik untuk berbuat yang lebih baik. Hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat sehingga pada akhirnya mereka akan dapat mengekspresikan kemampuannya yang terbaik, baik dalam mengikuti proses pembelajaran, dalam menjawab sosl-soal ujian maupun dalam bertingkah laku dan bertutur kata.</li>
<li>Melalui proses introdusir nilai-nilai imtaq diharapkan hati menjadi lebih jernih demikian juga dengan akal pikiran karena terbimbing oleh akidah yang lurus. Kondisi ini akan memberikan nilai tambah dalam proses internalisasi materi pembelajaran maupun pengamalan nilai-nilai imtaq. Karena akidah yang benar dan lurus adalah merupakan dasar pondasi yang sangat baik bagi tumbuh dan berkembangnya semua aktivitas, ilmu serta amal sholeh. Pendapat ini seperti dikemukakan oleh Muhammad Qutb sebagaimana dikutip oleh Syeik Muhammad bin Jamil Zainu “...kita mesti mulai dengan meluruskan akidah, awal Islam adalah mendidik generasi atas dasar akidah yang benar, sehingga terwujud suatu generasi yang tahan uji dan sabar oleh berbagai cobaan sebagaimana yang terjadi pada generasi awal Islam.” (Syeik Muhammad bin Jamil Zainu : 2008 : 75).</li>
</ol>
<p> </p>
<p>Kendala dan Alternatif Pemecahannya dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran IPA (Biologi) yang Integratif</p>
<ol>
<li>Kendala Pelaksanaan Proses Pembelajaran Yang Integratif</li>
</ol>
<p> Pemilihan pendekatan proses pembelajaran IPA yang integratif dalam pelaksanaannya seringkali menemuui berbagai kendala yang memerlukan kearifan dan kerja keras serta sikap sabar dan istiqomah dalam menghadapinya. Tidak selamanya upaya yang diyakini baik untuk membantu memberikan nilai tambah yang berarti dalam membantu mengembangkan potensi anak didik secara komprehensif sebagai bagian dari pelaksanaan tupoksi guru dan sebagai manifestasi yang sebenarnya dari tujuan, fungsi dan hakekat pendidikan selalu memperoleh dukungan atau tanggapan yang positif. Berbagai kendala dengan berbagai motif yang melatabelakanginya seringkali harus dihadapi.</p>
<p> Secara umum kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang integratif dapat dibedakan menjadi kendala yang bersifat internal dan kendala yang bersifat eksternal.Adapun kendala-kendala tersebut antara lain adalah :</p>
<p>Kendala Internal</p>
<ol>
<li>Kekmampuan guru yang kurang memadai dalam ilmu agama yang disebabkan keterbatasan kesempatan untuk mengikuti berabagai kegiatan kajian ilmu agama yang lurus dan benar melalui kegiatan mengaji secara rutin dan/atau membaca buku-buku agama yang lurus dan benar pembahasannya.</li>
<li>Terbatasnya waktu untuk menyususn perencanaan yang terbaik disebabkan banyaknya beban mengajar dan bervariasinya mata pelajaran yang harus diajarkan.</li>
<li>Terbatasnya sarana yang dimiliki, terutama buku-buku agama yang benar dalam menunjang pelaksanaan tugas mengajarnya.</li>
<li>Seringkali kurang sabar dan kurang istiqomah dalam menerapkan pendekatan proses pembelajaran yang integratif karena belum menampakkan hasil sebagaimana yang diharapkan.</li>
</ol>
<p> </p>
<p>Kendala Eksternal</p>
<ol>
<li>Kurangnya dukungan positif dari sebagian komponen di sekolah yang menganggap pelaksanaan proses pembelajaran yang integratif hanya menghambat proses belajar mengajar dan merugikan anak didik. Hal ini timbul kemungkinan disebabkan oleh pemahaman yang sempit terhadap makna proses pendidikan. Kendala ini juga timbul karena ketidakmampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang integratif secara baik, sehingga menimbulkan dampak yang kontra produktif yang melahirkasn persepsi yang salah tentang pendekatan proses pembelajaran yang integratif.</li>
<li>Adanya upaya yang berlebihan dari sekolah dalam mengejar target kurikulum dan prestise sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka yang harus diperoleh anak didik dari hasil Ujian Nasional, sehingga mengabaikan atau kurang memberikan perhatian yang memadai dalam upaya membangun kualitas imtaq anak didik. Karena hampir seluruh potensi dan waktu yang tersedia hanya ditujukan untuk meraih hasil pembelajaran yang hanya sekedar dicerminkan oleh nilai-nilai berupa angka yang belum tentu berbandiung lurus dengan penguasaa ilmu pengetahuan yang dimiliki anak didik.</li>
<li>Kurang adanya persamaan persepsi terhadap fungsi, hakekat dan tujuan pendidikan ditambah kurang adanya kerjasama yang kondusif dan konstruktif dari sebagian komponen pendidikan di sekolah serta seringkali masih dominannya berbagai pendekatan yang bersifat represif dengan menggunakan negative punishment yang bersifat fisik terhadap anak didik sehingga mengakibatkan adanya jarak antara guru dan anak didik serta mempengaruhi pengembangan potensi anak didik secara optimal karena pengekangan yang berlebihan.</li>
<li>Kurangya perhataian terhadap upaya pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung usaha pencapaian prestasi belajar dan pembentukan sifat/karakter yang kuat dan sikap yang dilandasi akhlakul karimah yang lebih berkualitas dan seimbang, misalnya kurangnya perhatian yang memadai dalam pengadaan buku-buku penunjang dan buku-buku tentang agama yang berkualitas, penyediaan perlengkapan ibadah dan lain-lain.</li>
</ol>
<p> </p>
<p>Alternatif Pemecahan Masalah</p>
<p> Dalam upaya melaksanakan pendekatan proses pembelajaran IPA yang integratif, kendala yang dihadapi hendaknya semata-mata dianggap sebagai faktor pendorong untuk berbuat lebih baik lagi. Kendala tersebut harus dihadapi dan dijawab dengan kesabaran, kearifan, kerja keras dan istiqomah, serta sejauh mungkin menghindari sikap konfrontatif yang justru akan menimbulkan dampak yang semakin buruk , kontraproduktif dan sama sekali tidak kondusif yang justru akan semakin melemahkan upaya membantu meningkatakan kualitas internalisasi penguasaan materi pembelajaran, keimanan dan kataqwaan anak didik melalui proses pembelajaran yang integratif.</p>
<p> Secara umum alternatif pemecahan masalah di atas, baik yang bbersifat internal maupun eksternal adalah sebagai berikut :</p>
<ol>
<li>Berusaha semaksimal mungkin untuk menimba ilmu agama yang haq, baik melalui para ustadz yang benar dan lurus manhajnya dan menyisihkan lebih banyak rejeki dari Allah Azza wa Jalla untuk membeli buku-buku dan CD untuk digunakan bersama-sama guru maupun digunakan oleh anak didik.</li>
<li>Selalu bertukar pikiran dan informasi dengan sesama rekan guru untuk masukan dan feedback guna penyempurnaan pelaksanaan proses pembelajaran diwaktu-waktu berikutnya dan proses introdusir nilai imtaq yang berkesinambungan, disamping juga melakukan monitoring terhadap perkembangan anak didik, baik melalui evaluasi atau observasi tentang capaian peningkatan kualitas internalisasi pemahaman materi pembelajaran maupun tentang pengamalan nilai-nilai imtaqnya dalam kehidupan di sekolah khususnya. Hal ini dapat membantu untuk menyiasati keterbatasan waktu dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang integratif secara lebih optimal untuk materi pembelajaran tertentu serta kelas tertentu.</li>
<li>Secara lebih intensif berusaha membangun komunikasi dengan sesama rekan guru maupun komponen sekolah yang lain untuk membangun persepsi dan paradigma berfikir yang lebih sejalan tentang fungsi, hakekat dan tujuan pendidikan serta arti pentingnya proses pembelajaran yang integratif bagi anak didik terutama dalam era globalisasi informasi yang sudah sangat terasa sebagian dampak negatifnya bagi anak didik saat ini.</li>
<li>Berusaha secara konsisten, kerja keras, meningkatkan kesabaran dan sikap istiqomah dalam melaksanakan tugas baik yang bersifat administratif maupun tugas mengajar serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sekolah sebagai wujud komitmen untuk berubah dan mengajak ke arah perubahan yang lebih baik.</li>
<li>Mengajak dan mengawasi anak didik yang melaksanakan kewajiban agamanya pada jam-jam pelajaran , misalnya sholat berjama’ah, sehingga proses belajar mengajar secara keseluruhan tetap berjalan dengan baik serta tidak merugikan maupun mengganggu kelas-kelas yang lain.</li>
<li>Melalui bagian sarana dan prasarana mengajukan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran yang integratif agar dapat berjalan lebih baik, efektif dan efisien yang pada akhirnya sedcara bertahap dapat memberikan hasil terbaik sebagaimana yang diharapkan bersama.</li>
</ol>
<p> </p>
<p><strong>Penutup</strong></p>
<p> Pendidikan nasional dewasa ini dengan berbagai tantangan, hambatan<strong> </strong>dan serba keterbatasan yang dihadapi sedang berupaya untuk kembali ke jatidirinya, yaitu kembali kepada makna, hakekat, fungsi, tujuan dan jati diri yang seharusnya yang selama beberapa dasawarsa ditinggalkan.Dan juga diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia berupa out put yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai keterampilan / life skill yang baik yang didasari oleh nilai-nilai imtaq yang kokoh, lurus dan benar.</p>
<p> Upaya yang konstruktif tersebut sudah seharusnya diimbangi dan didukung oleh segenap komponen yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Dan guru sebagai pendidik, sebagai pendidik sudah seharusnya senantiasa mengasah kemampuan terbaiknya dengan berusaha mengembangkan secara variatif dan inovatif teori-teori pendidikan sesuai dengan perubahan dan perkembangan agar dapat melaksanakan tugas pokoknya yang salah satunya berupa mengelola proses pembelajaran secara lebih berdaya dan berhasil guna, dalam arti dapat membekali anak didik dengan kemampuan yang baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan / life skill juga sekaligus dapat membantu proses pertumbuhan, perkembangan kematangan dan kejiwaan anak didik berdasarkan nilai-nilai imtaq sebagaimana yang digariskan dalam agama, sebagaimana Firman Allah, yang artinya “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali kepadaNya.”(QS Ghafir : 17).</p>
<p> Urgensi dari perubahan sikap guru untuk melakukan reorientasi dan penyempurnaan paradigma berfikir terhadap makna, hakekat, fungsi dan tujuan pendidikan sebagaimana mestinya merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, terlebih dalam situasi kehidupan yang sulit dan persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi dewasa ini. Upaya untuk selalu meningkatkan kualitas dan kemampuan diri agar dapat melaksanakan tugas dan kewajiban mengajar dan mendidik secara lebih baik dan lebih profesional sehingga mampu membantu membekali anak didik dengan kemampuan yang komprehensif, baik dari sisi penguasaan iptek maupun dari sisi pemahaman dan pengamalan imtaq serara integratif dan tidak bersifat dokotomis. Dan untuk mencapai tujuan dimaksud, salah satunya dapat dilaksanakan melalui aplikasi pendekatan proses pembelajaran IPA yang integratif bagi para guru pengampu mata pelajaran IPA .</p>
<p> Kesulitan yang dihadapi dalam upaya melaksanakan pendidikan dengan pendekatan proses pembelajaran IPA yang integratif guna membantu anak didik meningkatkan kualitas internalisasi ilmu pengetahuan yang ditransformasi melalui proses pembelajaran yang kondusif serta membantu menumbuhkembangkan imtaq anak didik melalui proses introdusi nilai-nilai spiritual, diharapkan tidak akan mematahkan semangat untuk melaksanakan tugas dan fungsi guru sebagai pendidik. Bahkan sebaliknya senantiasa berusaha mencari solusi terbaik dan meningkatkan semangat, kerja keras, kesabaran serta sikap istiqomah untuk berbuat lebih baik dan lebih baik lagi dengan keyakinan penuh bahwa semua itu adalah bagian dari ibadah dan penghambaan yang ikhlas kepada Allah SWT. Allah Subkhamahu Wata’ala telah berfirman yang artinya : “Demi masa; sesungguhnya setiap manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman (dengan ilmu) dan beramal shaleh; saling nasehat menasehati dengan kebenaran dan nasehat menasehati dengan kesabaran (dalam mengamalkan kebenaran).” (QS Al Ashr : 1-3).</p>
<p> Kemauan untuk terus bersama-sama dan bekerjasama memperbaiki mutu dan pelaksanaan pendidikan dengan berbagai permasalah yang dihadapi baik yang bersifat internal maupun eksternal melalui berbagai pendekatan yang konstruktif, diharapkan akan dapat memberikan nilai lebih dalam aplikasi proses pembelajaan harus senantiasa dipelihara dan ditingkatkan oleh para guru sebagai pendidik dan ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan. Usaha ini pasti memerlukan waktu, tetapi jika kita para guru dengan sabar, ikhlas, bersunguh-sungguh dan istiqomah melaksanakannya, insya Allah akan diberikan pertolongan, kekuatan dan jalan kemudahan oleh Allah Subhkanahu Waata’ala sebagaimana janji-Nya yang artinya “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka itu sendiri.” (QS An Anfaal : 55). Disamping itu yang paling penting adalah bahwa Allah Subkhanahu Wata’ala akan memberikan balasan-Nya kelak atas usaha ikhlas dan sungguh-sungguh yang telah kita lakukan, sebagaimana firman-Nya yang artinya “Dan bahwasanya seseorang tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS An Najm : 39) dan firman –Nya juga yang artinya “ Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah sangat cepat hisabNya.” (QS Ghafir : 17).</p>
<p> Setiap guru sebagai seorang pendidik pasti menginginkan hasil terbaik bagi para anak didiknya. Dan hasil terbaik itu akan tercapai manakala setiap guru melaksanakan tupoksinya dengan sebagaimana mestinya, yaitu antara lain berupa aktivitas proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, membekali anak didik dengan berbagai keterampilan hidup (life skill) serta menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan sebagai pondasi atas ilmu pengetahuan dan ketarampilan yang telah diajarkannya. Dan disamping itu juga terus mengasah kemampuan mengajar dan mendidiknya, sehingga benar-benar akan memberikan manfaat yang besar bagi para anak didiknya sekarang dan dimasa-masa yang akan datang. Semoga !.</p>
<p> </p>
<p>----------------------------------------------------</p>
<p> Daftar Pustaka</p>
<ol>
<li><em>Al-Qur’an Al Karim (Tarjamah)</em> , 1984, Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia.</li>
<li>Al Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah: 2008, <em>Kitab Tauhid Jilid 1</em>, Jakarta, Darul Haq. <em>1-4, </em>Jakarta, Gema Insani.</li>
<li>Zainu, Syaikh Muhammad bin Jamil, 2008, <em>Jalan Golongan yang Selamat</em>, Jakarta, Darul</li>
</ol>
<p> Haq.</p>
SHARE :