Sekilas tentang HIV dan AIDS
Sekilas tentang HIV dan AIDS
Oleh Yayan Putra, S.Pd.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan kuman/virus penyebab AIDS.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala/penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi HIV.
Hingga sekarang belum ditemukan adanya vaksin atau obat yang efektif sebagai pencegahan penyakit yang dapat menimbulkan berbagai infeksi oportunistik penyebab kematian ini, sehingga hingga saat ini HIV/AIDS masih menjadi keresahan di seluruh dunia.
Sejarah HIV/AIDS
Virus HIV diyakini pertama kali ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada tahun 1920, ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi virus simian immunodeficiency viruses (SIV)dari simpanse dan gorila kepada manusia. Semenjak itu kasus kematian mendadak dengan gejala-gejala khas hilang dan dianggap tidak menjadi ancaman.
Keresahan kembali terjadi pada awal tahun 80-an, dimana pada tahun 1981 ditemukan infeksi paru yang amat jarang yang disebut pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada lima orang pemuda homoseksual yang sebelumnya tidak memiliki masalah kesehatan di Los Angeles. Pada saat yang bersamaan, New York dan California turut melaporkan adanya jangkitan kanker ganas yang disebut dengan sarcoma kaposi, penyakit ini juga menyerang sekelompok pria homoseksual. Penyakit-penyakit yang dilaporkan tersebut ternyata memiliki hubungan dengan adanya kerusakan berat pada sistem kekebalan tubuh. Pada akhir tahun 1981, infeksi semakin meluas, dilaporkan 270 kasus pasien dengan kerusakan kekebalan tubuh yang parah pada pria homoseksual dan 121 orang diantaranya meningal dunia. Pada akhir tahun ini pula pertama kali didapati kasus PCP pada orang yang menggunakan narkoba suntik.
Terkait cara penularan yang diketahui selama ini, pada awal tahun 1982 pakar menyebut penyakit ini dengan gay-related immune deficiency (GRID). Namun pada bulan september CDC menamakan penyakit tersebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) karena diperkirakan penyebaran penyakit ini tidak semata-mata dapat ditularkan oleh perilaku seksual sesama jenis semata. Benar saja, pada awal tahun 1983 ditemukan adanya penularan virus ini melalui hubungan heteroseksual dari laki-laki kepada perempuan. Pada tahun ini pula diketahui pertama kali bahwa penyakit ini dapat ditularkan melalui ibu yang menderita HIV/AIDS pada bayi yang dikandungnya.
Tahun 1984 dikampanyekan bahwa penyakit ini sangat menular melalui penggunaan jarum suntik bersama. Hal tersebut menjadi pukulan telak bagi dunia kesehatan yang pada saat itu masih sering menggunakan satu jarum suntik untuk beberapa pasien.
Berbagai cara dilakukan untuk menghentikan penyebaran penyakit mematikan ini. Namun setiap tahun jumlah penderita semakin meningkat. Untuk itu pada tanggal 1 Desember 1988, WHO mencanangkan tanggal tersebut sebagai hari AIDS sedunia dan peringatan ini diperingati setiap tahunnya agar masyarakat dunia senantiasa waspada akan penyakit tersebut.
Cara Penularan Penularan HIV
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan HIV hanya bisa terjadi lewat perantara cairan tubuh tertentu. Cairan tubuh tersebut yaitu darah, air mani, cairan praejakulasi, cairan anus, cairan vagina, dan ASI.
Namun, agar virus penyebab HIV dapat berpindah dari orang yang terinfeksi, cairan tersebut haruslah masuk ke dalam tubuh orang yang sehat melalui:
- Luka terbuka di kulit, seperti luka di sekitar organ intim, sariawan terbuka di bibir, luka pada gusi atau lidah.
- Selaput lendir pada dinding vagina.
- Jaringan tubuh yang rusak seperti luka lecet pada anus.
- Aliran darah dari suntikan jarum.
- Cara penularan HIV/AIDS yang utama:
- Hubungan seks tanpa kondom
Hubungan seks yang melibatkan penetrasi vaginal (penis ke vagina) atau penetrasi anus (penis ke dubur) tanpa menggunakan kondom merupakan cara penularan HIV/AIDS yang paling umum.
Penularan virus HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air mani, cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi HIV. Cairan tersebut bisa dengan mudah menginfeksi tubuh orang lain ketika ada luka terbuka atau lecet pada alat kelamin.
Penularan dari seks vaginal paling umum terjadi pada kelompok pasangan heteroseksual, sedangkan seks anal lebih berisiko menularkan HIV pada kelompok pasangan homoseksual.
Kondom dapat mencegah penularan HIV karena menghalangi masuknya virus pada cairan sperma atau vagina.
- Memakai jarum suntik bekas atau bergantian
Menggunakan jarum suntik bekas secara bergantian juga termasuk cara penularan HIV/AIDS yang umum. Risiko ini tinggi khususnya di kalangan pengguna narkoba suntik.
Jarum yang telah digunakan oleh orang lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Jika orang tersebut terinfeksi HIV, darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum dapat berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya melalui luka bekas suntikan.
Virus HIV nyatanya dapat hidup di dalam jarum suntik selama 42 hari setelah kontak pertama kali tergantung pada suhu dan faktor lainnya.
Ada kemungkinan bahwa satu jarum bekas dapat menjadi perantara penularan HIV kepada banyak orang yang berbeda.
Oleh sebab itu, pastikan untuk selalu minta peralatan seperti jarum atau alat kesehatan lainnya yang masih dalam kemasan baru tersegel dan belum pernah dipakai sebelumnya.
- Penularan HIV dari ibu ke bayi
Ibu hamil yang terjangkit HIV sebelum maupun selama masa kehamilan dapat menularkan infeksi kepada bayinya lewat tali plasenta di dalam kandungan.
Risiko penularan virus HIV dari ibu ke bayi juga dapat terjadi selama proses persalinan, baik melahirkan normal maupun operasi caesar.
Di sisi lain, Ibu dengan HIV yang menyusui juga bisa menularkan virus pada bayi melalui ASI.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi pada bayi melalui makanan yang dikunyahkan oleh ibu atau perawat yang terinfeksi HIV, meski risikonya sangatlah rendah.
- Cara penularan HIV yang tidak umum
- Seks oral
Semua bentuk hubungan seks oral dianggap berisiko rendah untuk penularan virus HIV, tetapi bukan berarti mustahil. Risiko penularan dari seks oral masih tetap ada.
Bagaimana dengan ciuman? Jika ciuman hanya terjadi pertukaran liur saja, virus HIV tidak akan menyebar.
Berbeda jika saat berciuman terdapat luka, sariawan, atau kontak darah antara Anda dan pasangan yang memiliki virus HIV, penularan dapat terjadi.
- Donor darah dan cangkok organ
Transfusi darah langsung dari donor darah yang terinfeksi berisiko tinggi untuk menularkan virus HIV.
Risiko lolosnya darah yang terinfeksi HIV hingga digunakan untuk transfusi sebenarnya kecil. Ini karena pendonor darah dan organ cangkok wajib melalui proses seleksi yang ketat.
- Digigit oleh orang dengan HIV
Menurut sebuah penelitian tahun 2011 dari jurnal AIDS Research and Therapy, ada kemungkinan biologis yang menyatakan gigitan sesama manusia dapat menjadi cara penularan HIV yang tak terduga.
Air liur selama ini diteliti kurang efektif sebagai perantara pembawa virus HIV karena punya sifat penghambat virus. Namun, kasus yang diteliti dalam jurnal tersebut terbilang unik.
Dalam jurnal tersebut diceritakan bahwa jari tangan seorang pria sehat non-HIV yang memiliki diabetes digigit oleh anak angkatnya yang positif HIV. Jari tangan pria tersebut digigit cukup keras dan dalam sehingga bagian dalam kukunya berdarah.
Beberapa waktu setelah digigit, pria tersebut dinyatakan positif HIV dan terdeteksi memiliki viral load tinggi setelah mengalami demam HIV tinggi dan berbagai infeksi.
Para dokter dan peneliti pada akhirnya menyimpulkan sementara bahwa air liur bisa menjadi media penyebaran HIV, meski belum yakin benar bagaimana mekanisme pastinya.
Diperlukan penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan cara penularan HIV yang satu ini.
- Pakai mainan seks (sex toys)
Penularan virus HIV dan AIDS dari satu orang ke yang lainnya sering terjadi ketika mainan seks dipakai bergantian. Bila Anda atau pasangan mengidap HIV, jangan menggunakan mainan seks secara bergantian dalam satu sesi bercinta. Kondisi tersebut semakin berisiko jika mainan seks yang Anda pakai tidak dilapisi pelindung.
Virus HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama di permukaan benda mati. Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma, darah, atau cairan vagina bisa saja menjadi perantara virus berpindah ke orang lain.
- Melakukan piercing, sulam alis, tato alis, sulam bibir
Menindik bagian tubuh atau membuat tato juga dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Cara penularan HIV pada proses ini terjadi apabila saat proses menindik dan membuat tato, kulit yang ditusuk kemudian terluka hingga mengeluarkan darah.
Jika alat dipakai secara bergantian, bisa saja orang yang terinfeksi HIV meninggalkan bekas darahnya yang mengandung virus.
Sebenarnya melakukan sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk kesehatan. Namun, tren kecantikan yang sedang naik daun ini juga dapat menjadi cara penularan HIV dan AIDS.
Hal ini bisa terjadi jika proses tersebut dilakukan oleh pegawai yang tidak berpengalaman dan tidak menggunakan peralatan steril. Pasalnya, prosedur sulam atau tato wajah ini melibatkan pengirisan kulit terbuka.
- Bekerja di rumah sakit
Mungkin sekilas Anda berpikir bahwa petugas medis adalah orang paling sehat karena memiliki akses dan pengetahuan yang mumpuni tentang kesehatan.
Tenaga medis ini meliputi dokter, perawat, petugas laboratorium, hingga petugas pembersih limbah fasilitas kesehatan lewat perantara alat medis.
Jarum suntik dapat menjadi perantara virus HIV saat darah pasien yang positif HIV dapat berpindah kepada petugas kesehatan jika mereka memiliki luka terbuka yang tidak terlindungi oleh pakaian.
HIV juga dapat ditularkan ke petugas kesehatan lewat cara berikut:
Jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury).
Jika darah yang terkontaminasi HIV mengenai membran mukosa, seperti mata, hidung, dan mulut.Lewat peralatan kesehatan lain yang digunakan tanpa disterilkan.
HIV dan AIDS tidak menular karena:
- Makan, minum bersama
- Memakai peralatan makan/minum mereka
- Bersentuhan, berjabat tangan
- Berpelukan, berciuman
- Hidup serumah
- Menggunakan wc/toilet bersama
- Berenang bersama
- Bergantian pakaian, handuk, saputangan
- Hubungan sosial lainnya
- Gigitan serangga
Gejala HIV
HIV tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi orang tersebut bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh. Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu orang tersebut mulai menunjukkan kumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
Cara Mencegah Penularan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV
Meski tergolong sebagai penyakit yang bisa mematikan, tapi setidaknya penularan HIV bisa dicegah. Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), National Institutes of Health, dan sumber-sumber lainnya, penularan HIV dapat dicegah dengan:
- Saling Setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan hubungan seks dengan orang lain.
- Kondom
Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang terinfeksi virus.
- Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri.
- Penggunaan alat-alat yang steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat penembus) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian. Penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah.
- Jangan Menjadi Donor Bila Positif
Jika seseorang dinyatakan positif HIV, maka dirinya tidak diperbolehkan mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, atau sperma.
- Sunat Pada Pria
Terdapat beberapa studi dan bukti yang mengatakan bahwa, sunat pada pria dapat membantu mengurangi risiko tertular HIV.
- Hindari Kontak dengan Darah
Penularan HIV juga bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan darah. Bila tak memungkinkan, kenakan pakaian pelindung, masker, dan kacamata saat merawat orang yang terluka.
- Tes HIV secara Rutin
Tes HIV sebaiknya dilakukan oleh tiap individu, terutama di usia 13-64 tahun (terutama aktif secara seksual, pekerja medis, atau orang yang rentan terkena), sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan secara rutin.
- Ibu Hamil Diskusikan dengan Dokter
Ibu hamil yang mengidap HIV harus berbicara dengan dokter mengenai risiko terhadap janin mereka. Mereka harus mendiskusikan metode untuk mencegah bayi mereka terinfeksi, seperti minum obat antiretroviral selama kehamilan.
- Lakukan Profilaksis Pasca Pajanan (PEP)
Lakukan post-exposure prophylaxis (PEP) atau profilaksis pasca pajanan
jika kamu pernah terpajan HIV. Jika kamu merasa telah terpapar melalui seks, jarum suntik, atau di tempat kerja, segera hubungi dokter atau pergi ke unit gawat darurat.
PEP adalah bentuk perawatan untuk mencegah HIV, yang biasanya dilakukan setelah terjadi tindakan-tindakan yang berisiko menyebabkan HIV.
Lakukanlah PEP sesegera mungkin dalam 72 jam pertama, karena prosedur ini dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV. Dalam perawatan PEP, seseorang nanti akan diberikan obat-obatan yang perlu dikonsumsi kira-kira selama 28 hari.
- Jujur pada Pasangan
Cara mencegah penularan HIV bisa dilakukan dengan memberi tahu atau jujur pada pasangan bila mengidap HIV. Bagi seseorang yang mungkin memiliki beberapa pasangan seksual, penting untuk memberi tahu mereka mengenai kondisi tersebut. Mintalah mereka untuk melakukan tes HIV.
Beri tahu pasangan seksual jika kamu mengidap HIV. Penting untuk memberi tahu semua pasangan seksual saat ini dan sebelumnya bahwa kamu positif HIV. Mereka perlu diuji.
Daftar Bacaan :
BUKU KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN
https://www.kpaaidssurakarta.com/artikel/sejarah-hiv-aids/
https://hellosehat.com/seks/hivaids/cara-penularan-hiv/
https://www.halodoc.com/artikel/9-langkah-yang-bisa-dilakukan-untuk-mencegah-penularan-hiv
SHARE :